Sunday, November 22, 2015

Sekolah akan Sediakan Internet di Tiap Kelas

    Kabar ini saya dapat dri situs techno.id, Tetapi Permasalahannya apakah memang akan di laksanakan dan disediakan Internet di tiap kelas terutama di Indonesia, Karena biasanya saat Pembelajaran berlangsung Laptop dan segala barang elektronik dilarang terutama Handphone. Apabila guru memberitahukan bahwa laptop dibutuhkan barulah semua siswa membawa laptop. Tetapi di Techno.id dijelaskan bahwa di tahun-tahun mendatang, koneksi internet di tiap kelas saat pelajaran adalah wajib
Kabarnya lagi terdapat sebuah perusahaan yang bernama EducationSuperHighway mengatakan di tahun 2020 nanti bahwa bakal membawa broadband access ke semua ruang kelas di seluruh negeri. Sekarang mereka sedang mengumpulkan data Federal Communications Commission terkait jaringan internet di dala sekolah.
Sekarang Kebijakan ini sedang dilakukan di Amerika Serikat berdasarkan data yang diperoleh, bahwa penggunaan internet di sekolah meningkat pesat sekali pada 2 tahun terakhir. Tentu saja, penggunaan yang dilakukan adalah penggunaan saat proses belajar mengajar.
Di hawai dan wyoming sudah diterapkan kebijakan tersebut 100 %. Hal tersebut kemudian diikuti oleh sejumlah sekolah di South Dakota, Connecticut, dan maine
Mereka berharap, saat koneksi internet telah berjalan di seluruh daerah Amerika Serikat, Bandwith yang dicapai adalah 1 Gbps bagi setiap siswa. Setelah kita pikirkan Kapan Indonesia bisa seperti itu yaaa…
Sepertinya akan menunggu 2035 baru Indonesia dapat menerapkan sistem tersebut :D Karena rata-rata kecepatan internet indonesia 2,5 Mbps dan masuk ke peringkat 122 dari data seluruh dunia. Sepertinya tidak mungkin Indonesia dapat menerapkan sistem seperti itu, apalagi indonesia sekarang Pendidikan Moral sudah merosot dan sudah tidak dipentingkan lagi.
Kira-kira apa yang akan terjadi di indonesia jika Indonesia diterapkan sistem seperti itu?? Mungkin Bukan pelajaran lagi yang dibuka Tetapi itu-itu ”IF YOU KNOW WHAT I MEAN” :d



Sunday, November 15, 2015

'PlayStation VR Bukan Perangkat yang Ribet'

PlayStation VR Bukan Perangkat yang Ribet
Persaingan di industri game yang semakin sengit membuat Sony Computer Entertainment tak tinggal diam. Berbagai cara dilakukan guna meningkatkan daya saing, termasuk dengan menghadirkan perangkat virtual reality, PlayStation VR.

Hadir pertama kali dengan nama Project Morpheus, perangkat yang memiliki wujud layaknya headset ini kemudian berganti nama menjadi PlayStation VR di bulan September 2015 lalu. Layaknya produk baru pada umumnya, PlayStation VR pun digadang-gadang menjadi ujung tombak Sony ketika bersaing dengan para pelaku industri game lainnya.

"Kami di Sony berpikir bahwa PlayStation VR membawa pengalaman baru bagi konsumen dalam bermain game. Ini tentu sangat berbeda dengan game-game PlayStation saat ini (PlayStation 4 dan PlayStation Vita)," papar Deputy President of Sony Computer Entertainment Japan Asia, Hiroyuki Oda kepada sejumlah media dari Indonesia termasuk detikINET di ajang GameStart 2015, Singapura.

Dengan pengalaman yang berbeda tersebut, lanjut Oda, maka PlayStation VR diharapkan mampu merangkul gamer dari berbagai lapisan. Salah satu lapisan gamer yang menjadi incaran Oda adalah casual gamer.

"Berbeda dengan core gamer, casual gamer biasanya lebih menginginkan game-game yang ringan dan santai, dimana itu dianggap tidak ada pada game-game PlayStation 4 atau PlayStation Vita," terang pria berusia 52 tahun itu. 

"Tapi dengan PlayStation VR, semua kendali kami rancang sedemikian rupa sehingga mudah dan nyaman dimainkan oleh casual gamer sekalipun. PlayStation VR bukan perangkat yang ribet," imbuh Oda.

Hal senada nyatanya juga diutarakan oleh Nicholas Doucet, Creative Director dan Producer Playroom VR. Bersama dengan tim yang sama di balik game Playroom (PlayStation 4), Doucet mengaku bahwa judul-judul game virtual reality yang dikembangkan dibuat sesederhana mungkin.

Soal kontrol, Doucet mengatakan bahwa ia tidak ingin membuat ribet penggunanya. "Kami paham bahwa virtual reality ini masih belum sempurna dan kebanyakan dari pengguna masih mengalami gejalan motion sickness. Maka dari itu, daripada semakin membuat pengguna mual, maka kami mencoba untuk memudahkan pengguna," papar Doucet di kesempatan yang sama.

Diakui pula selain kontrol, tantangan terbesar dalam membuat game virtual reality adalah bagaimana caranya agar game ini bisa diterima oleh semua kalangan. Tak hanya gamer, tapi pengguna biasa, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Source : Inet.detik.com

Sunday, November 8, 2015

Unik, Tatakan Bir Ini Bisa Digunakan sebagai Charger Smartphone

Smartphone dan bir, bagi sebagian orang ini adalah kombinasi yang sempurna. Dan tak ada yang lebih sempurna daripada sebuah tatakan bir yang juga berfungsi sebagai charger smartphone. Adalah ChefCharger yang telah menciptakannya, sebuah charger smartphone yang juga bisa digunakan sebagai beer coaster atau tatakan gelas bir.

ChefCharger sendiri didirikan oleh lulusan dari Massachusetts Institute of Technology, Lana Ibragimova dan Alex Smetannikov. Keduanya ingin membuat charging device yang dijual ke restoran dan dirancang seperti item lain yang biasa ditemukan di tempat makan.

Selain charger tatakan bir, mereka juga merancang charger yang memiliki tampilan seperti candle holders serta salt & pepper holder. Untuk beer coaster, ChefCharger membuatnya dari bambu dengan lapisan waterproof, sehingga tak perlu khawatir menumpahkan minuman di atasnya. Seperti yang bisa Anda lihat, desainnya sangat terlihat natural dan tidak tampak seperti charger.

Tertarik untuk memilikinya? Well.. Anda harus siap merogoh kocek yang cukup dalam. Karena diperuntukkan untuk konsumen bisnis, harganya pun tidak murah. 5 buah beer coaster charger ni dibanderol seharga $300 atau Rp 4 jutaan. Sementara untuk satu paket (8 buah) salt & pepper holder charger dihargai $800 atau Rp 10 jutaan. Wow! sungguh harga yang fantastis untuk sejumlah charger.

Source : Chefcharger

Tuesday, November 3, 2015

Microsoft turunkan kapasitas gratis OneDrive dari 15GB ke 5GB saja

Selama ini Microsoft merupakan salah satu perusahaan teknologi yang murah hati dengan memberikan kapasitas gratis penyimpanan berbasis awan OneDrive sebesar 15GB, dibandingkan dengan Apple iCloud yang hanya memberikan kapasitas penyimpanan gratis 5GB. Namun mulai tahun depan hal ini akan berubah.

Melalui postingan blog resmi OneDrive (h/t GSMArena), Microsoft memberi penjelasan adanya pengurangan kapasitas gratis yang diberikan ke semua pengguna dari 15GB menjadi 5GB saja sama seperti yang iCloud berikan.

Selain itu bagi pelanggan Office 365 Home, Personal, atau University, Microsoft akan menghentikan fitur penyimpanan tak terbatas dengan memberikan batasan kapasitas 1TB. Bagi pengguna yang memiliki penyimpanan lebih dari 1TB mereka memiliki batas waktu hingga 12 bulan untuk memindahkan data tersebut sebelum dihapus otomatis oleh Microsoft, berlaku sama bagi pengguna gratis yang memiliki data lebih dari 5GB.

Sebagai tambahan perubahan, pilihan kapasitas penyimpanan 100GB dan 200GB juga tidak tersedia bagi pengguna baru. Mereka hanya akan diberikan pilihan kapasitas penyimpanan 50GB dengan biaya USD1,99 atau sekitar Rp27 ribu per bulannya mulai tahun 2016.

Menurut Microsoft, aturan baru di OneDrive ini diberlakukan karena mereka melihat adanya penyalahgunaan kapasitas yang diberikan. Banyak pengguna yang melakukan back up seluruh koleksi film dan video perekaman DVR mereka sehingga satu pengguna dapat menghabiskan kapasitas hingga 75TB atau 14.000 kali lipat dari penggunaan normal.

Hal itu dirasakan Microsoft sebagai 'penyiksaan' sistem. Jadi mereka memilih untuk memberikan keadilan kapasitas penyimpanan bagi semua pengguna agar layanan tetap dapat berjalan dengan baik.

Tentu banyak yang kecewa akan adanya perubahan peraturan mulai tahun depan ini, jadi bagi pelanggan OneDrive yang merasakan keberatan mereka dapat mengajukan pengembalian biaya langganan.


Source : Gadgetnesia.net